Sesaat usai pesawat B-26 ditembak jatuh, ada dua parasut mengembang
keluar dari pesawat itu. Parasut itu tersangkut di pohon kelapa dan
pasukan TNI membekuk dua orang. Yang satu namanya Harry Rantung anggota
Permesta dan satunya lagi seorang bule Amerika.
Itulah si pilot Allen Lawrence Pope. Dari dokumen-dokumen yang disita, terkuak Allen Pope terkait dengan operasi CIA. Yaitu menyusup di gerakan pemberontakan di Indonesia untuk menggulingkan Soekarno.
Tak pelak, tuduhan bahwa Amerika dengan CIA adalah dalang pemberontakan
separatis, bukan isapan jempol! Peristiwa tertangkapnya Allen Pope
adalah tamparan bagi Amerika. Itu mungkin terwakili dalam kalimat Allan
Pope ketika tertangkap. “Biasanya negara saya yang menang, tapi kali ini
kalian yang menang”.
Tapi sebetulnya yang lebih bikin malu Amerika bukan soal kalah yang
dikatakan Pope tadi. Tapi tertangkapnya Allan Pope mengungkap permainan
kotor AS untuk menggulingkan Soekarno. Seperti biasa, Amerika
menyangkalnya. Tapi bukti-bukti yang ada membungkam penyangkalan
Washington.
Taktik kotor itu jadi isu internasional. Tanpa ampun, kedok operasi CIA
dibuka Bung Karno lengkap dengan bukti-buktinya. Amerika terpaksa
berubah 180 derajat menjadi baik pada Soekarno. Semua operasi CIA untuk
melengserkan Soekarno langsung dihentikan.
Amerika berusaha mati-matian minta pilotnya dibebaskan. Segala cara pun
mulai dilakukan untuk mengambil hati Bung Karno. Presiden AS Dwight
Eisenhower mengundang Soekarno ke AS bulan Juni 1960.
Lalu Soekarno juga diundang Presiden John F Kennedy di bulan April 1961.
Di balik segala alasan diplomatik tentang kunjungan itu, tak bisa
disangkal itu karena kelihaian Bung Karno memainkan isu Allen Pope.
Bung Karno main tarik ulur untuk membebaskan Pope. Tarik ulur berjalan
alot. Karena Bung Karno tak mau melepaskan Pope dengan gratis dan
sengaja berlama-lama sebelum Amerika menyanggupi permintaan Indonesia.
Hanya untuk membebaskan seorang Pope, Gedung Putih butuh waktu 4 tahun,
sebuah proses negosiasi diplomatik yang menyita waktu dan tenaga. Tapi
itulah yang diinginkan Bung Karno, sekaligus memberi pelajaran kepada
penguasa Negeri Paman Sam.
Dimulai dengan rayuan Presiden Dwight Eisenhower yang mengundang Bung
Karno ke Amerika. Namun sesudahnya Bung Karno tetap tidak mau tunduk dan
proses negosiasi gagal total. Eisenhower marah dan jengkel, tapi Bung
Karno tetap dengan pendiriannya.
Sikap Gedung Putih mulai melunak usai jabatan presiden beralih ke John F
Kennedy. Mantan senator Partai Demokrat itu tahu Soekarno sangat kuat
dan benci kalau ditekan.
Di era Kennedy, proses negosiasi menemui titik terang lagi, saat John F
Kennedy mengirim adik kandungnya Jaksa Agung Robert Kennedy, menemui
Bung Karno di Jakarta. Misinya jelas, Mr President, bebaskan Pope!
Tapi Bung Karno tetaplah Bung Karno. Membebaskan Pope atau tidak
hasilnya sama saja, tidak akan membuat warga di Ambon yang tewas bisa
hidup lagi. Saat itu Indonesia sedang butuh peralatan perang untuk
melawan Belanda di Irian Barat, tapi Jakarta tidak punya cukup dana.
Tapi Bung Karno gengsi kalau meminta kepada Washington, ia cukup
memberikan isyarat agar bisa dibaca oleh penguasa Gedung Putih.
Dan John Kennedy peka membaca isyarat itu. Bung Karno pernah berkata “Presiden John F Kennedy sangat mengerti akan diriku”.
Kennedy paham Indonesia peralatan perang untuk merebut Irian Barat.
Karena itu, John F Kennedy mengundang Bung Karno ke AS dan diajaknya
melihat pabrik pesawat Lockheed di Burbank, California. Di sana Bung
Karno diberi kemudahan oleh Kennedy untuk mendapatkan 10 pesawat
Hercules tipe B, terdiri dari 8 kargo dan 2 tanker.
Meski dikenal sebagai orang yang berwatak keras, Bung Karno adalah sosok
tahu balas budi. Rasa pengertian dari Presiden Kennedy langsung dibalas
Bung Karno dengan membebaskan Allen Pope dan dipulangkan ke AS.
Ini yang diinginkan Bung Karno dari Amerika, membebaskan Pope tidak
gratis. Bantuan AS bukan untuk pribadi Bung Karno, tapi untuk
kepentingan negara merebut Irian Barat dari cengkeraman Belanda.
Tak hanya itu, Bung Karno juga bisa membuat Kennedy menyudahi embargo
ekonomi dan menyuntik dana ke Indonesia, termasuk gelontoran beras 37
ribu ton dan ratusan persenjataan, yang memang dibutuhkan oleh Indonesia
saat itu.
Dan Bung Karno sudah berhasil mempertontonkan sebuah diplomasi dan
negosiasi tingkat tinggi sehingga Indonesia dihargai di mata Amerika
Serikat.
Akhirnya Allen Pope dibebaskan secara diam-diam oleh suatu misi rahasia saat subuh di bulan Februari 1962.
Saat itu Bung Karno sempat berpesan kepada Pope “Tinggalkan Indonesia
dan jangan pernah kembali atau negaramu akan membayar pembebasanmu lagi
dengan harga lebih mahal”.
Kini, saat Indonesia dikerjai Amerika dengan aksi penyadapan, Presiden
SBY sama sekali tidak membuat gerakan untuk membalas tindakan arogan
itu. Jangankan untuk membalas, mengecam saja, SBY tidak berani.
Pantas saja, nama Soekarno tetap harum di mata internasional meski sudah
berpulang puluhan tahun silam. Tapi perjuangan dan dedikasinya untuk
memajukan Indonesia tetap dikenang hingga kini.
Sumber "http://www.kaskus.co.id/thread/527e144119cb176d76000002/perbedaan-sby-dan-soekarno-ketika-disadap-amerika/"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar